MATERI TARIKH
Sejarah Kedatangan Islam di Indonesia
Agama Asli Nusantara adalah agama-agama tradisional yang
telah ada sebelum agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu,
Buddha, Konghucu masuk ke Indonesia.
Mungkin banyak di kalangan masyarakat
Indonesia sudah tidak lagi mengetahui bahwa sebelum agama-agama
"resmi" (agama yang diakui); Islam, Kristen Katolik, Kristen
Protestan, Hindu dan Buddha, kemudian kini Konghucu, masuk ke Nusantara atau
Indonesia, di setiap daerah telah ada agama-agama atau kepercayaan asli, seperti:
1. Sunda Wiwitan yang dipeluk oleh masyarakat Sunda
di Kanekes, Lebak, Banten
2. Sunda Wiwitan aliran Madrais, juga dikenal sebagai agama Cigugur
(dan ada beberapa penamaan lain) di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat
3. Buhun di Jawa Barat
4. Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa Timur
5. Parmalim, agama asli Batak
6. Kaharingan di Kalimantan
7. Tonaas Walian di Minahasa, Sulawesi Utara
8. Tolottang di Sulawesi Selatan
9. Wetu Telu di Lombok
10. Naurus di Pulau Seram di Propinsi Maluku
Didalam Negara Republik Indonesia,
agama-agama asli Nusantara tersebut didegradasi sebagai ajaran animisme,
penyembah berhala / batu atau hanya sebagai aliran kepercayaan.
Hingga kini, tak satu pun agama-agama
dan kepercayaan asli Nusantara yang diakui di Republik Indonesia sebagai agama
dengan hak-hak untuk dicantumkan di KTP, Akta Kelahiran, pencatatan perkawinan
di Kantor Catatan Sipil, dsb.
Seiring dengan berjalannya waktu dan
jaman, Agama Asli Nusantara semakin punah dan menghilang, kalaupun ada yang
menganutnya, biasanya berada didaerah pedalaman seperti contohnya pedalaman
Sumatera dan pedalaman Irian Jaya. Di Indonesia, aliran kepercayaan yang paling
banyak penganutnya adalah Agama Buhun. Data yang terekam oleh peneliti Abdul
Rozak, penulis Teologi Kebatinan Sunda, menunjukkan jumlah pemeluk agama ini
100 ribu orang.
Jika angka ini benar, Agama Buhun jelas
salah satu aliran kepercayaan terbesar di Indonesia, yaitu 25 persen dari
seluruh penghayat aliran kepercayaan. Data Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2003
mengungkapkan, dari 245 aliran kepercayaan yang terdaftar, sementara
keseluruhan penghayat mencapai 400 ribu jiwa lebih.
Tetapi agama asli Indonesia yang paling
terkenal adalah Kejawen. Kejawen (bahasa Jawa Kejawèn) adalah sebuah
kepercayaan atau mungkin boleh dikatakan agama yang terutama dianut di pulau
Jawa oleh suku Jawa dan suku-bangsa lainnya yang menetap di Jawa. Penamaan
"Kejawen" bersifat umum, biasanya karena bahasa pengantar ibadahnya
menggunakan bahasa Jawa. Dalam konteks umum, Kejawen merupakan bagian dari agama
lokal Indonesia.
Seorang ahli antropologi Amerika
Serikat, Clifford Geertz pernah menulis tentang agama ini dalam bukunya yang
ternama The Religion of Java. Olehnya Kejawen disebut "Agami Jawi". Penganut ajaran
Kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya sebagai agama dalam pengertian
seperti agama monoteistik, seperti Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya
sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah
laku (mirip dengan "ibadah").
Ajaran Kejawen biasanya tidak terpaku
pada aturan yang ketat, dan menekankan pada konsep "keseimbangan". Dalam pandangan demikian, Kejawen
memiliki kemiripan dengan Konfusianisme atau Taoisme, namun tidak sama pada
ajaran-ajarannya. Hampir tidak ada kegiatan perluasan ajaran (misi) namun
pembinaan dilakukan secara rutin.
Simbol-simbol "laku" biasanya
melibatkan benda-benda yang diambil dari tradisi yang dianggap asli Jawa,
seperti keris, wayang, pembacaan mantera, penggunaan bunga-bunga tertentu yang
memiliki arti simbolik, dan sebagainya. Akibatnya banyak orang (termasuk
penghayat Kejawen sendiri) yang dengan mudah mengasosiasikan Kejawen dengan praktek
klenik dan perdukunan.
Ajaran-ajaran Kejawen bervariasi, dan
sejumlah aliran dapat mengadopsi ajaran agama pendatang, baik Hindu, Buddha,
Islam, maupun Kristen. Gejala sinkretisme ini sendiri dipandang bukan sesuatu
yang aneh karena dianggap memperkaya cara pandang terhadap tantangan perubahan
zaman. Terdapat
ratusan aliran Kejawen dengan penekanan ajaran yang berbeda-beda. Beberapa
jelas-jelas sinkretik, yang lainnya bersifat reaktif terhadap ajaran agama
tertentu. Namun biasanya ajaran yang banyak anggotanya lebih menekankan pada
cara mencapai keseimbangan hidup dan tidak melarang anggotanya mempraktekkan
ajaran agama (lain) tertentu.
Beberapa aliran dengan anggota besar
Beberapa aliran dengan anggota besar
1. Sumarah
2. Susila-Budi-Dharma
(Subud)
3. Paguyuban
Ngesti Tunggal (Pangestu)
4. Sapta
Dharma
Aliran yang bersifat reaktif
misalnya aliran yang mengikuti ajaran Sabdopalon, penghayat ajaran Syekh Siti
Jenar (juga bersifat sinkretik), dan ajaran Samin (yang menentang kapitalisme
dan kolonialisme melalui cara spiritual dan perubahan tingkah laku).
0 komentar